Jumat, 10 Juni 2011

Muhasabah

Bismillahirrahmaanirrahiim.

Gajah di pelupuk mata tak kelihatan, itulah sifat manusia pada umumnya. Sibuk untuk mengoreksi orang lain, terlebih memperbincangkan dan memperoloknya dengan orang lain. Disisi lain, dirinya sendiri yang masih berlumuran dosa pun diacuhkan. Apabila kita masih gemar melakukan ghiba dapat dipastikan bahwa kita merupakan golongan orang yang merugi dan jauh dari hati yang bersih.

Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. Al Hujurat:12)
Sebagai seorang muslim yang senantiasa ingin mendekatkan diri kepada Allah demi mengharapkan ridho-Nya, tentunya akan menjaga kebersihan hatinya. Sudah semestinya kita mempererat hubungan kita dengan sesama manusia (Hablum minannaas) terlebih lagi orang tersebut adalah saudara seiman kita demi mempererat hubungan kita kepada Allah (Hablum minallah). Menutupi kesalahan diri sendiri dengan menggunakan kesalahan orang lain merupakan cara yang salah agar kita tidak melakukan kesalahan.
Rasulullah SAW. bersabda “Berbahagialah orang yang diingatkan oleh aibnya sendiri, daripada aib orang lain”.

Berdasarkan hadist tersebut terlihat jelas bahwa muhasabah jauh lebih baik dibandingkan dengan bersusah payah untuk mengoreksi orang lain. Dengan ber-muhasabah, diri kita akan memperhatikan setiap detail dari dosa-dosa yang telah kita lakukan dan dengan mengoreksi diri  kita senantiasa akan terhindar untuk jatuh pada kesalahan yang sama sehingga  dapat meningkatkan iman kita dan membangkitkan rasa takut terhadap ketentuan Allah mengenai dosa yang telah kita perbuat. Jangan mengikuti hawa nafsu yang selalu ingin meneliti aib orang lain, karena jika hawa nafsu sudah merajalela maka kita pun akan kehilangan rasa takut terhadap Allah disebabkan meremehkan kesalahan kita sendiri, apalagi terhadap hukum Allah.

Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabbnya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya. Maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya). (QS. An Naazi’at:40-41)
Hawa nafsu merupakan sumber dari aib pada diri kita, maka dari itu apabila kita ingin memelihara diri kita tekanlah sekuat-kuatnya nafsu yang akan menghilangkan rasa takut kita terhadap Allah. Seorang muslim taat tentunya akan memelihara rasa takut kepada Allah, karena rasa takut terhadap Allah merupakan suatu pondasi awal untuk membangun kerangka yang kokoh bagi iman seorang muslim yang ingin mendekatkan diri kepada-Nya.
Semoga kita merupakan manusia yang senantiasa bermuhasabah sehingga dapat menghadirkan rasa takut kepada Allah.
Insya Allah, Amin ya Robbal Al Amin..

Sumber : Muhasabah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Text1

bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb
bbbbbbbbbbbbbbbbbbbbb