Sejarah singkat perkebunan teh di Indonesia
Tanaman teh merupakan tanaman tahunan dengan nama latin Camellia sinensis (L) O. Kuntze. Tanaman ini berasal dari wilayah perbatasan negara-negara Cina Selatan (Yunan), Laos Barat Laut, Muangthai Utara, Burma Timur, dan India Timur Laut. Adapun Taksonomi dari tanaman teh adalah sebagai berikut: Kingdom: Plantae; Sub divisio: Angiospermae; Class: Dicotyledoneae; Ordo: Guttiferales; Famili: Theaceae; Genus: Camellia; Spesies: Camellia sinensis L.
Terdapat dua varietas dari teh yang dibudidayakan dan dimanfaatkan oleh manusia, yaitu Varietas Sinensis dan Assamica. Teh jenis Sinensis masuk ke Indonesia pertama kali pada Tahun 1684, yang pada mulanya di tanam sebagai tanaman hias di Batavia (Jakarta), dan baru pada tahun 1827 dibudidayakan dalam skala luas di daerah Wanayasa (Purwakarta) dan Raung (Banyuwangi). Produk teh dari Indonesia tercatat pertama kali diterima di Amsterdam Belanda pada tahun 1835.
Teh jenis Assamica mulai masuk ke Indonesia pada tahun 1877 yang berasal dari Ceylon (Sri Lanka), dan di tanam pertama kali oleh R.E. Kerkhoven di Kebun Gambung, Jawa Barat. Dengan masuknya teh jenis Assamica tersebut, secara berangsur-angsur mengganti tanaman teh jenis Sinensis, dan sejak saat itu pula perkebunan teh di Indonesia berkembang semakin luas (khususnya daerah Jawa dan Sumatera).
Syarat Tumbuh Tanaman Teh
Tanaman teh berasal dari daerah sub tropis, maka tanaman teh menghendaki udara yang sejuk. Suhu udara harian yang baik bagi tanaman teh adalah berkisar antara 13-25oC yang diikuti oleh cahaya matahari yang cerah dan kelembaban relatif pada siang hari tidak kurang dari 70%. Tanaman teh akan berhenti pertumbuhannya apabila suhu di bawah 13oC dan di atas 30oC serta kelembaban relatif kurang dari 70%. Tanaman teh merupakan tanaman yang kurang tahan terhadap kekeringan sehingga membutuhkan curah hujan tahunan tidak kurang dari 2000 mm dan menyebar merata.
Tanaman teh menghendaki tanah yang serasi untuk pertumbuhannya. Tanah yang serasi merupakan tanah yang subur, banyak mengandung bahan organik, tidak bercadas, serta memiliki derajat keasaman (pH) antara 4,5 – 5,6. Umumnya tanah yang baik merupakan tanah yang berada di lereng-lereng gunung berapi yang biasa dinamakan tanah Andisol.
Karena tanaman teh menghendaki suhu yang sejuk, maka umumnya perkebunan teh terletak di pegunungan-pegunungan dengan elevasi >800 mdpl. Berdasarkan elevasinya perkebunan teh dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu:
1. Perkebunan dataran rendah (800 mdpl)
2. Perkebunan dataran sedang (800 – 1200 mdpl)
3. Perkebunan dataran tinggi (>1200 mdpl)
Budidaya Teh
Pada tahap awal pembangunan kebun teh, pemilihan bahan tanaman merupakan hal yang penting. Dalam perkebunan teh terdapat dua jenis bahan tanaman yang digunakan, yaitu bahan tanaman asal biji, dan bahan tanaman asal setek (klon). Pada saat ini bahan tanaman asal biji sudah tidak dikembangkan kecuali untuk keperluan riset, para pekebun lebih menyukai bahan tanaman asal setek (klon) karena bahan tanaman asal setek pertumbuhannya lebih seragam dan merupakan varietas unggul teh yang memiliki banyak keunggulan. Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung, telah memiliki 11 klon unggul teh jenis Assamica yang diberi nama Klon Teh GMB 1 - GMB 11 yang memilki potensi produtifitas tinggi mencapai 5.800 kg teh jadi/ha/th, dan 5 klon unggul jenis Sinensis yang diberi naman Klon Teh GMBS 1 – GMBS 5 yang memiliki potensi produktivitas mencapai 2.200 kg teh jadi/ha/th. Keseluruh klon unggul tersebut telah mendapatkan SK Menteri Pertanian RI sebagai Klon Unggul Teh di Indonesia dan dilindungi oleh Undang-Undang.
Penanaman teh dilakukan ketika musim penghujan, karena ketersediaan air yang pasti terjamin. Sistem penanaman teh ada yang baris tunggal dengan jarak tanam yang digunakan adalah 120 cm untuk jarak antar barisan dan jarak tanam dalam barisan beragam antara 60 – 90 cm, selain sistem baris tunggal ada pula sistem baris berganda dengan jarak tanam antar barisan minimal 120 cm dan jarak tanam dalam barisan berganda beragam antara 60 – 75 dengan sistem segitiga sama sisi. Semakin banyak jumlah tanaman populasi tanaman per satuan luas akan semakin cepat tajuk tanaman saling menutup, jumlah tanaman per ha bervariasi tergantung jarak tanam yang digunakan, dan umumnya adalah 10.000 – 13.000 perdu/ha.
Tanaman teh baru dapat dipanen hasilnya (dipetik) setelah berusia 3 tahun, dan selama masa tersebut disebut dengan masa TBM (Tanaman Belum Menghasilkan). Dengan pengelolaan TBM yang baik masa TBM dapat dipersingkat menjadi 2 tahun. Selama masa TBM perawatan tanaman teh harus sangat diperhatikan mulai dari pemupukan, pengendalian gulma, dan pengendalian hama penyakit ,dikarenakan tanaman yang masih muda. Pada masa TBM ini pula bidang petik dari tanaman teh dibentuk, ada 3 cara pembentukan bidang petik yaitu cara Centering (pemangkasan/pemenggalan), cara Bending (perundukan), dan kombinasi antara Centering dan Bending.
Bila tanaman teh telah memasuki masa TM (Tanaman Menghasilkan), bagian dari tanaman teh yang dipanen adalah bagian pucuk (peko) dan daun mudanya yang memenuhi syarat-syarat pengolahan, proses pemanenan ini disebut juga dengan pemetikan. Bagian yang memenuhi syarat-syarat pengolahan adalah bagian pucuk beserta 3 daun muda yang berada dibawah pucuk (p+3) dan pucuk dorman berserta 2 daun muda dibawahnya (b+2). Tanaman teh biasanya akan dipangkas setelah 4 tahun sejak dari masa TM, dikarenakan bidang petik telah tinggi dan produktifitasnya telah menurun, selain itu bila tidak dilakukan pemangkasan tanaman teh dapat tumbuh tinggi hingga > 15 m. Perawatan secara intensif terhadap tanaman teh yang telah menghasilkan seperti pemupukan secara teratur, pengendalian hama penyakit dan gulma mutlak untuk dilakukan.
Pengolahan Teh
Hasil petikan teh selanjutnya diangkut ke pabrik pengolahan, untuk diolah melalui serangkaian proses pengolahan hingga menjadi teh jadi yang bermutu tinggi dan berkhasiat untuk kesehatan tubuh. Berdasarkan jenisnya, teh dapat dikelompokan menjadi:
1. Teh Hitam (Black Tea)
2. Teh Hijau (Green Tea)
3. Teh Oolong (Oolong Tea)
4. Teh Putih (White tea)
Manfaat Teh
Tenyata, teh bukan saja sebagai minuman biasa tapi mempunyai banyak manfaat seperti:
1. Memperkuat Daya TahanTubuh
Dengan adanya vitamin C dan vitamin E, maka The dapat juga membantu memperkuat daya tahan tubuh.
2. Menyegarkan Tubuh
Teh mengandung kafein yang dapat merangsang system syaraf tubuh kita sehingga pengambilan oksigen ke dalam tubuh menjadi lebih lancar.
3. Menurunkan Tekanan Darah Tinggi
Epigallocatechin dan epicatechingallat yang merupakan varian dari katekin (salah satu unsure dalam Polyphenols), tenyata mampu bertindak sebagai inhibitor terhadap angiotensin transferase, yaitu enzim penyebab tekanan darah tinggi.Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa dengan kemampuan katekin untuk mencegah dan menurunkan tekanan darah tinggi, mengurangi kadar kolesterol dalam darah dan menangkal radikal bebas, maka katekin juga bisa mengurangi resiko penyakit kardiovascular.
4. MenangkalKolesterol
Katekin, ternyata juga telah dibuktikan bahwa dapat mengurangi penimbunan kolesterol dalam darah dan mempercepat pembuangan kolesterol melalui feces.
5. Mengoptimalkan Metabolisme Gula
Mangan (Mn), yang terkandungdalamTeh bisa membantu penguraian gula menjadi energi. Dengan demikianTeh bisa membantu menjaga kadar gula dalam darah.
6. Mencegah Pertumbuhan Kanker
Kemampuan katekin dapat menghambat terjadinya mutasi padasel-sel tubuh dan menetralisir radikalbebas.
Sekilas Mengenai Budidaya Kina
Sejarah kina
Tanaman kina berasal dari Amerika Selatan sepanjang pegunungan Andes, antara 10o lintang utara sampai 19o lintang selatang, meliputi wilayah Venezuela, Colombia, Ecuador, Peru, dan sampai Bolivia. Tanaman ini memiliki banyak manfaat baik bagi manusia, diantaranya sebagai obat malaria, obat untuk penyakit jantung, bahkan saat ini digunakan untuk campuran flavour pada minuman ringan. Tanaman kina masuk ke Indonesia atas usul Reinwart, Junghun, dan Mulder kepada pemerintah Belanda. Usul tersebut disetujui dan dilakukan ekspedisi pertama ke Pegunungan Andes pada tahun 1852 yang dipimpin oleh Hasskarl. Namun semua tanaman yang dikumpulkan ketika ditanam di Jawa ternyata mati. Ekspedisi kedua berangkat tahun 1854 dan terkumpul 500 tanaman kina yang ditanamdi Cibodas/Bogor, namun hanya 75 pohon yang hidup. Dari hasil jerih payah Hasskarl ini terdapat 10 jenis kina.
Jenis kina yang memiliki arti besar dalam perkebunan kina di Indonesia adalah jenis Cinchona succirubra dan Cinchonaledgeriana. Jenis C.succirubra memiliki karakter tahan terhadap penyakit akar dan perakarannya kuat namun memiliki kadar kinine yang rendah. Sedangkan C.ledgeriana memliki karakter rentan penyakit akar namun memiliki kadar kinine yang tinggi (13%). Inilah yang mendasari Ottolander untuk mengadakan percobaan penyambungan dengan kina succi sebagai batang bawah dan kina ledger sebagai batang atas. Hasilnya pada tahun 1879 Ottolander memperoleh bahan tanaman sambungan yang tahan penyakit akar dan berkadar kinine tinggi dan sistem pembuatan bibit ini dinamakan semai sambung (grafted seedling). Dengan ditemukannya sistem tersebut, perkembangan perkebunan kina di Indonesia berkembang pesat, dan tersebar mulai dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatera Barat. Pada tahun 1939 terdapat sebanyak 107 perkebunan kina di Indonesia demgam produksi rata-rata 11.000 ton kulit kering/tahun, dan menguasai lebih dari 90% kebutuhan kina dunia.
Syarat tumbuh Kina
Tanaman kina menghendaki suhu udara yang sejuk berkisar antara 13o – 21oC, dengan kelembaban relatif minimun 68% dan maksimum 97%, oleh karena itu kebun kina biasanya terletak di pegunungan dekat dengan vegetasi hutan yang memiliki suhu rendah dan kelembaban relatif tinggi. Curah hujan yang dibutuhkan tanaman kina adalah 2000-3500 mm yang merata sepanjang tahun. Tanah yang baik untuk pertumbuhan kina dalah tanah yang gembur, banyak mengandung bahan organik, tidak bercadas, serta memunyai derajat keasaman (pH) antara 4,5 – 6,5 dengan pH optimum 5,8. Tanaman kina dapat hidup pada ketinggian 900 – 3000 m dpl, sedangkan di Indonesia perkebunan kina umumnya terdapat di Jawa dan Sumatera memliki ketinggian 900 – 2000 m dpl. Ketinggian tempat yang optimum bagi pertanaman kina di Indonesia adalah 1400 - 1700 m dpl.
QUIZ
1. Dari daerah manakah tanaman Teh berasal ?
2. Apa nama latin tanaman teh yang dibudidayakan di Indonesia?
3. Sebutkan syarat tumbuh tanaman teh?
4. Apa nama Klon unggul teh yang telah dihasilkan oleh Puslit Teh dan Kina Gambung?
5. Sebutkan syarat-syaratmutu pucuk teh untuk dapat diolah di pabrik?
6. Ada berapa jenis teh berdasarkan kelompoknya dan sebutkan satu per satu?
7. Sebutkan manfaat teh untuk kesehatan?
8. Sebutkan daerah asal dari tanaman Kina?
9. Apa yang menjadi syarat tumbuh tanaman kina dan bagian apa yang dipanen dari tanaman kina?
10. Apa nama latin kina yang dikembangkan di Indonesia?
11. Sebutkan manfaat dari tanaman kina bagi manusia?